Thursday, March 03, 2016

IPDN dan Beberapa Filosofi di Dalamnya



Postingan kali ini akan membahas tentang beberapa filosofi dari kampus IPDN Jatinangor. Kampus yang menjadi tempat awal dan akhir bagi para praja dalam menjalani proses pendidikan di IPDN. Kenapa awal dan akhir? Karena dalam menjalani proses pendidikan tersebut, sebagian besar praja tidak terus menerus selama 4 tahun berada di sini karena ada sistem KSK (Kumpul, Sebar, Kumpul atau ke kampus regional) dan pendidikan strata 1.




Apa itu kampus regional dan pendidikan strata satu? Untuk jawaban ini, mungkin akan saya tulis pada kesempatan yang lain. Karena jawabannya melibatkan sejarah pendirian IPDN yang lumayan panjang, hehe.

Sesuai judul di atas, Berikut beberapa filosofi yang ada pada kampus IPDN. Selamat membaca.

Gerbang IPDN
Gerbang Depan
Gerbang masuk IPDN yang ada di depan adalah satu hal yang ikonik. Saya yakin gerbang ini memberi kesan yang mendalam bagi praja atau purna praja saat mereka pertama kali datang untuk tes pantukhir. Tidak terkecuali saya hehe.

Dibangun pada zaman pemerintahan Soeharto, gerbang ini memang terhitung megah, untuk membangunnya saja konon biayanya mencapai 2 miliar. Uang sebanyak itu untuk saat ini sudah cukup untuk membangun kantor desa dengan segala fasilitasnya. Tapi kalau untuk zaman dulu ketika 100 rupiah saja kita sudah dapat semangkok bakso, nilai tersebut memang cukup fantastis. Dengan dana sebanyak itu, mari kita simak filosofi dari bangunan tersebut.

Gerbang berbentuk kerucut yang terbelah menjadi 4 bagian, dua bagian sebelah kanan dan yang lainnya sebelah kiri. Di tengahnya terdapat patung Praja Putra dan Praja Putri yang mengenakan Pakaian Dinas Upacara (warna putih). Bentuk kerucut ini melambangkan gunung dengan kawah panas membara di dalamnya. Mirip seperti lakon pewayangan Ramayana, di kisahkan bahwa Gatotkaca (anak Werkudara dan Arimbi)  pernah di rebus di dalam Kawah Candradimuka agar menjadi sosok ksatria yang kuat, berjiwa besar, berpegang teguh pada prinsip, menolong sesama, dan berani membela kebenaran. Dikisahkan juga Gatotkaca sangat kuat dengan perumpamaan otot kawat tulang besi setelah di rebus di kawah tersebut. Maka dari itulah biasanya tempat untuk proses pendidikan militer atau semi militer biasa di sebut kesatrian (tempat para ksatria) bukannya kampus termasuk IPDN. Tapi ya, mau disebut Ksatrian IPDN, ntar ada yang bilang institusi sipil kok sok-sokan beda, ini itu, yasudah sebutan kampus juga tidak apa-apa.
Gerbang dari Atas
Memang benar seperti itu. Di IPDN inilah tempat berproses, di tempa, di godok menjadi insan kader aparatur negara yang hebat di masa yang akan datang. Jiwa SMA yang suka bermanja-manja, bermain, alay, pengecut, mental tempe, mengandalkan orang tua dan lain sebagainya harus segera dibuang. Tidak ada lagi siapa orang tua kita, terserah dia anak bupati atau anak tukang sayur semuanya disamaratakan. Berproses menjadi ksatria baik secara fisik maupun mental sehingga menjadi abdi negara dengan jiwa asthabrata.

Di kampus kadang gerbang tersebut diplesetkan untuk guyonan santai. Kenapa bentuknya kerucut, karena tradisi praja yang sering kali memesan nasi tumpeng dalam acara syukuran. Ada yang ulang tahun, nasi tumpeng, ada yang menang lomba, nasi tumpeng juga. . hehe

Gunung Manglayang
Tampak Puncak Manglayang
Merupakan gunung yang berada di belakang kampus. Tepatnya di lembah gunung ini kampus IPDN dibangun sehingga kadang juga di sebut Kawah Candradimuka Lembah Manglayang. Dengan kemiringan 10-15 derajat, IPDN menjadi  kampus yang memiliki keunikan sendiri. Ya karena Praja tidak diizinkan menaiki kendaraan di dalam kampus (kecuali faktor x) segala kegiatan harus dilakukan dengan berjalan kaki. Seperti menuju tempat makan, kuliah, pelatihan, ke masjid dan lain sebagainya. Untuk praja ini biasa, tapi untuk orang tua praja yang kebetulan berkunjung, satu putaran kampus dengan berjalan kaki sudah cukup membuat keringat mereka mengucur deras :D
Manglayang nih...
Ketinggian Manglayang sekitar 1800 mdpl ini sering digunakan oleh praja dalam berbagai wahana kegiatan, salah satunya agenda Pembaretan (Pengambilan Baret)  dan pengambilan Lencana Korps Praja setiap tahunnya. Puncak aslinya terlatak di belakang puncak bayangan yang tampak pada gambar, ketika ditarik garis lurus, maka akan menunjukkan sejajar dari gerbang sampai puncak manglayang. Filosofinya adalah Praja harus mempunyai cita- cita yang tinggi dan harus dapat mencapai puncak dari apa yang menjadi harapan dan amanat negara.

Kesatrian Berbentuk Pena

Bila dilihat dari satelit maka akan tampak seperti gambar berikut.
Dari Google Earth
IPDN seluas 280 hektar ini memang sudah dirancang sedemikian rupa, menggambarkan senjata seorang pamong dalam bertugas adalah pena dalam artian melalui kebijakan, keberanian untuk menetapkan keputusan dan cerdas dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Melihat kondisi sekarang, musuh kita tidak menjajah dengan fisik, senapan dan sebagainya melainkan dengan belenggu ekonomi, moral, diplomasi, budaya, gaya hidup yang sudah tidak sesuai dengan ideologi kita. Maka filosofi pena di sini adalah tugas pokok Praja adalah belajar, menuntut ilmu setinggi- tingginya tentang berbagai macam kebutuhan negara baik di masa sekarang maupun masa depan.
Penampakan Kampus dari Atas
Melihat bobroknya mental oknum pejabat di Indonesia, banyak yang pintar tapi tidak tau arah, diharapkan Praja setelah lulus nanti bisa menciptakan pembaharuan dalam birokrasi, berpegang teguh pada prinsip prinsip tidak hanya pintar tapi terlebih mempunyai sikap dan akhlak yang baik. Banyak sekali contoh purna praja yang berusaha melakukan perubahan dan turut menginspirasi purna praja yang lain. Ada juga purna praja yang rela melepas status PNS dan ikut bertarung dalam pemilihan kepala daerah karena mereka punya tekad yang kuat agar daerahnya tidak begini begini saja. Simak berita berikut.

Hari Kemerdekaan Indonesia
Jumlahnya 17 dan Gedungnya dengan Atap Merah dan Tembok Putih
Ada beberapa lokasi yang menjadikannya memiliki filosofi kemerdekaan. Seperti pohon dan bendera di sekitar Lapangan Parade yang berjumlah 17, Pohon cemara yang tertanam di sekitar Plaza Menza berjumlah 8 buah, Kelapa Sawit yang tertanam di sekitar jalan protokol berjumlah 45, dan Jumlah seluruh anak tangga di IPDN berjumlah 1945 (silakan dihitung sendiri, hehe).
SAwit pada Jalan Protokol
Gedung-gedung di IPDN hanya mengandung warna merah putih, Warna merah untuk gentengnya dan putih untuk temboknya.
Pohon Cemara berjumlah 8

Bhineka Nara Eka Bhakti
Tulisan Bhinneka Nara Eka Bhakti
Merupakan semboyan yang dipedomani oleh setiap praja dan purna praja. Walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu pengabdian, INDONESIA. Hal yang melatarbelakangi semboyan ini adalah para peserta didiknya yang berasal dari berbagai macam suku etnis, budaya, agama, warna kulit dari sabang sampai merauke. Masing-masing kabupaten kota memiliki perwakilan di sini. Bersama-sama belajar untuk nanti setelah lulus menjadi abdi negara dan abdi masyarakat.



Semboyan ini menjadi karakter bagi setiap alumni setelah bekerja nanti. Walaupun memiliki latar belakang berbeda, tetap satu Indonesia. Ini menjadi dasar yang bagus bagi setiap alumni untuk menjadi lem perekat bangsa.

Abdi Praja, Dharma Satya, Nagara Bhakti
Bagian dari Semboyan Abdi Praja Dharma Satya Nagara Bhakti
Tulisan semboyan ini terpampang jelas dan besar di samping kanan kiri lapangan parade. Setiap praja harus tulus mengabdi, dengan ikhlas menyerahkan jiwa raganya untuk setia dan berbakti kepada negara Indonesia. Semboyan ini juga menjadi Hymne yang wajib dinyanyikan dalam setiap kegiatan kampus.

Lapangan Parade
Apel Pagi di Lapangan Parade
Lapangan dengan rumput kualitas bagus yang tidak diperuntukkan untuk bermain bola dan sebagainya. Lapangan ini merupakan tempat yang sakral untuk menanamkan, memupuk dan pembinaan mental, fisik, kejuangan dan kebangsaan pada peserta didik. Penggunaan lapangan ini biasanya untuk upacara, peringatan hari besar, penyambutan tamu negara dan apel–apel tertentu. Hijau rumput ini menjadi saksi bisu tangis haru saat para calon praja dilantik menjadi Praja dan saat Praja dilantik Presiden RI menjadi Pamong Praja Muda dari masa ke masa.

Tangga Seribu, Kelas, dan Gedung Nusantara
Tangga Seribu
Tangga seribu memiliki filosofi tersendiri. Tepat di samping tangga terdapat kelas-kelas yang diberi nama kerajaan-kerajaan di Indonesia. Di ujung tangga ini terdapat gedung nusantara (atau biasa disebut gedung menza). Tangga ini berwarna merah menjadi gambaran betapa cita-cita untuk menjadikan nusantara itu penuh dengan perjuangan, darah, keringat dan air mata. Mulai dari berdirinya kerajaan-kerajaan hingga menjadi nusantara memiliki kisah panjang yang terkemas pada filosofi tangga seribu.
Ruang Kelas
Kelas yang diberi nama kerajaan pun berbeda-beda luas ruangannya. Kelas yang memiliki ruangan yang besar memiliki nama kerajaan besar seperti Majapahit dan Sriwijaya. Begitu juga untuk kerajaan kecil.

Gedung Nusantara yang berada di atas tangga, merupakan gedung yang dipergunakan untuk upacara makan pagi, siang atau malam. Bagi praja, merupakan kewajiban untuk melakukan hormat ke arah Lambang Garuda ketika masuk atau keluar gedung sebagai simbol ucapan terimakasih kepada negara atas hidangan yang diberikan. Gedung ini sangat luas dan mampu menampung hingga 4000 orang lebih dalam sekali upacara makan.



Nama Barak adalah “Nusantara”
Salah Satu Barak/Asrama Praja
Terdapat 34 barak (asrama) sebagai tempat tinggal Praja. Untuk membedakan barak satu dengan lainnya diberi nama Nusantara 1 – Nusantara 34. Penghuni dalam satu barak diacak dan terdapat perwakilan tiap provinsi se Indonesia sehingga diharapkan terjadi integrasi, bisa memahami karakter, sifat, watak dan perilaku budaya di Indonesia. Proses Integrasi ini tidaklah mudah, kalau hanya kenalan semua pasti bisa. Tapi kalau sampai pada tahap memahami, saling menolong, Ambeg Pharamarta (mendahulukan kepentingan umum di atas pribadi)  memerlukan proses dan waktu. Maka selalu ditanamkan yang dinamakan korsa (satu sepenanggungan) agar terjadi kesatuan dan rasa saling memiliki antar sesama.

Demikianlah postingan saya mengenai beberapa filosofi di IPDN pada kesempatan kali ini. Tulisan ini sebagian isinya merupakan repost dari blog senior dengan beberapa perubahan. Untuk sumber asli, silahkan visit link berikut.

Terimakasih sudah membaca, Wassalam.

1 comment:

  1. Asswrb, kak izin bertanya kan masa pendidikan praja IPDN itu slama 4 tahun nah sperti yg kk bilang d atas kalo tdk slma 4 tahun it hdup di asrama jadi yg saya tanya untuk hidup di luar asrama it brpa thun slama pendidikan

    ReplyDelete